HONEYMOON: PANTAI TEGALWANGI BALI



If you don't already know, we are Bali freaks. We love to visit Bali few times a year, just because. It'll only do justice that we go to Bali too, for our honeymoon. So yes, after a day trip in Kuala Lumpur, 4 days in Gold Coast, 1 day being in transit OOL-KL-DPS, finally a full day to enjoy the island we hold very dear. Here's our honeymoon Day 6 and 7 story.

Sampai di Ngurah Rai malam hari, kami langsung pesen Uber. Apalah Indonesia kalau ngga pakai drama ya kan.. So as many of you already well-informed, rada susah pesen Uber di Bali. Sesampainya di kedatangan internasional, banyak banget bli-bli yang nawarin transport, taksi, etc. Masalahnya harga taksi bandara ngga make sense dan hotel kita cuma selemparan kolor doang di Tuban. Despite knowing that ordering Uber will create drama, we did it anyway.

Mesen Uber, begitu ditelpon ngga diangkat. Tetiba ada SMS yang bunyinya "Ibu di international arrival? tunggu dulu, saya sedang masuk bandara. Jangan telepon". Waktu kami nunggu, selain ada yang nawarin transport, ada juga yang nanya mesen uber ya sambil pasang muka galak. Kami jawab aja kalau kami sudah ada yang jemput. Sepuluh menit berlalu, ada SMS lagi "saya di parkiran C**, Ibu ke sini saja. Masukin HP sekarang". Kok jadi kaya mau transaksi narkoba ya hahaha.. gini banget, mak. Akhirnya kami pun jalan ke parkiran yang dimaksud, nemu mobilnya tapi supirnya ghoib alias ngilang. Abis itu ada SMS lagi, "saya lihat Ibu, tunggu sebentar. Ada taksi ngikutin Ibu soalnya". Bok, merinding dong kami, merasa keselamatan terancam. Tapi berhubung males banget jalan kaki lagi (capek di jalan, udah lemes) buat nyari taksi, kami nunggu 10 menit lagi.

Datanglah sesosok mas-mas nyamperin, kirain kami mau diinterogasi lagi, eh taunya emang supir Ubernya. Dia langsung minta maaf bikin kami nunggu lama, tapi apa boleh buat daripada dia digebukin atau mobilnya diapa-apain. Ngeri banget yeeee... Di mobil akhirnya dia cerita kalau di Bali, Uber masih belum diterima sama lokal. We're familiar, tapi ngga tau kalau di bandara pake hukum rimba banget. Soalnya tiap kami ke Bali selalu naik first flight dari Jakarta dan langsung dianterin mobil rental sama langganan kami. Jadi ngga pernah ngerasain order Uber dari bandara. Ternyata kalau ketawan pesen Uber, si supir dikeroyok sama supir taksi, HP juga diperiksain. Kalau ada aplikasi Uber, ya dipukulin.

Padahal Uber di Bali tuh terhitung murah, lho. Tourist friendly banget, dibandingin rate taksi bandara yang mahal itu. Lain kali ke Bali, hati-hati ya kalau pesen Uber. Intinya sih kalau ada tulisan "UBER/GRAB/GOJEK DILARANG BEROPERASI DI KAWASAN INI" artinya kamu mendingan pesen taksi aja atau naik mobil sewaan. Daripada keselamatan kamu dan orang lain (supirnya) dipertaruhkan yekan, mending manut aja deh. Kalau dianter Uber ke bandara sih ngga masalah, soalnya nyaru sama orang yang emang dianter supir mobil sewaan. Yang repot ya kalau pesen dari bandara mau keluar, karena "polisi Uber" yang meratiin banyak banget.

Okay, enough about Uber. Malam honeymoon hari ke-6 yang ngga ngapa-ngapain itu, kami langsung ke hotel. Sengaja pilih hotel dekat bandara biar ngga kelamaan lagi di jalan. Kami juga sengaja pilih hotel murah biar ngga mubazir since kami cuma numpang tidur. Kami menginap di hotel MaxOne Tuban.

Entrance MaxOne Tuban Hotel
Photo courtesy of TripAdvisor
Waktu kami menginap di sana, hotelnya masih soft opening. Jadi belum beroperasi secara optimal, masih sepi tamu, pool still on progress, etc. But what we like about MaxOne is how the staffs are really nice and helpful (we stayed at MaxOne Bukit Jimbaran few times). The room rates are affordable, but you get a nice and clean room with style! Setiap menjejakkan kaki ke hotel-hotelnya MaxOne, bawaannya pasti nyengir. Soalnya desain interiornya fun, desain kamarnya didominasi warna cerah yang netral, kasur nyaman, dan fasilitas basic yang lengkap. Untuk harga IDR 280,000 per malam dengan segitu banyaknya kenyamanan, value banget!

Penampakan kamar MaxOne Suites Tuban
Photo Courtesy of Traveloka
Kami sengaja bangun agak siang pagi ini, recharge tenaga buat jalan-jalan. Hari ini rencananya mau santai-santai aja, ngga ada itinerary blusukan ala Dionayu biasanya. So the first thing we did was, mandi dan cek paket bagasi kami ke JNE. Nah, ini juga drama nih. Coba yu pikir-pikir, honeymoon kami ini totalnya 15 hari, ke kurang lebih 7 region di 3 negara. Macam mana pulak bagasinya? Kan ngga mungkin dong dibawa semua pas ke GC? Nah, rencana brilian di awal adalah kami cuma bawa baju-baju untuk KL-GC pas berangkat, sedangkan untuk region sisanya, bagasinya dikirim ke Bali dari Bogor. Tapi eh tapi, ternyata paketnya nyangkut di JNE. Gegara Banana Boat (aerosol) dan Harman Kardon (magnet) yang ketahan di bandara. Jadilah yang harusnya tu paket sampe di hotel beberapa hari sebelum kedatangan kami, malah belum sampe karena mesti dibalikin dulu ke JNE Bogor, dibongkar dan diambil barang "terlarang"nya, dipak lagi, dikirim lagi ke Bali dengan service YES. Mana segala snorkel gear di situ semua yekan, pusing ngga tuh. Akhirnya setelah telepon sana sini, paket bakalan sampe di JNE pusat sore hari.

Setelah pusing urusan paket, kami janjian di lobby hotel buat ambil mobil sewaan. Kami sewa mobil Karimun Estillo seharga IDR 150.000 lepas kunci dan tangki bensin alakadarnya (kalau butuh info sewa mobil di Bali, monggo leave a comment biar kami kasi tau kontaknya). Setelah urusan administrasi selesai, kami langsung cus cari makan siang. Tadinya mau ke Nasi Pedas Ibu Anik (favorit kami di Bali), tapi ternyata hari itu tutup. Akhirnya kami putar balik dan menemukan cabang baru Nasi Pedas Ibu Andika baru yang lebih sepi. Karena baru dan belum banyak yang tau, jadi ngga keabisan kulit ayam deh hehehe. Posisinya ada di jalan Blambangan, ada di sebelah kiri jalan one way sebelum tikungan ex-Supernova toserba.

Taunya Jodoh: dionayu honeymoon to Bali
Nasi Pedas Ibu Andika Cabang Jl. Blambangan, Bali
Abaikan muka
Kulit ayam dan abon yang bikin kangen

Setelah makan siang, kami langsung beranjak menuju daerah Kuta Selatan untuk pulang kampung ke Pantai Tegalwangi. Bukan, bukan pulang kampung beneran. Saking cintanya sama pantai ini, kami sudah menganggap Pantai Tegalwangi seperti "rumah" di Bali. Lokasinya accessible kok, di GPS juga sekarang sudah ada. Gampangnya, kamu mengarah ke Ayana Resort di daerah Jimbaran aja dulu. Kalau sudah kelihatan gerbang Ayana, langsung belok kanan dan ikutin jalan teruuus...... sampai mentok dan ketemu Pura Tegalwangi.

Nah, 6 tahun yang lalu pantai ini masih bebas diakses oleh publik, tapi semenjak 2-3 tahun yang lalu, sudah ada tembok yang memagari akses ke pantai ini. Kadang-kadang sih ada yang bukain, jadi bisa masuk dengan leluasa. Tapi kadang digembok, jadi harus masuk lewat samping tembok pager. Pantai ini mungkin lebih dikenal sebagai pantai pre-wedding, karena banyaknya pasangan yang foto-foto prewed di sini. We love this beach karena masih sepi dan asli, belum ada yang jualan gelang atau nawarin pijet. Paling perfect kalau ke sini bawa speaker portable, beach towel, lalu piknik. Ets, jangan lupa sampahnya dibawa naik lagi ya kalau mampir ke sini, biar tetep cantik dan bersih pantainya. Soalnya sekarang aja udah ada beberapa spot yang disampahin sama pengunjung :(

Taunya Jodoh: dionayu honeymoon to Bali
Pulang kampung, girang
Taken with GoPro Hero 4 Silver, edited with Snapseed

Raden Ayu Nurhasanah, Taunya Jodoh, dionayu honeymoon to Bali
Muka bahagia main air asin setelah ngga boleh mantai sama ibunya selama 6 bulan
Taken with iPhone 6 Plus, edited with Snapseed
Cardigan: Stradivarius, Swimsuit: Debenhams

Dion Tengker, Taunya Jodoh, dionayu honeymoon to Bali
Snap snap!

Thank God for tripod haha

Macam foto prewed

We're so happy to be back!

Puas main air, kami pun beranjak balik lagi ke airport. Ngapain dah? Soalnya mau njemput temen kami yang baru aja tunangan, Adith dan Dewi. Iya, emang, honeymoon kami rada aneh. Kemarin di GC sama keluarga Dion, sekarang di Bali sama temen. Tapi ini yang kami suka, mau berdua atau rame-rame, traveling selalu menyenangkan (kalau sama orang yang tepat)!

Perjalanan dari Pantai Tegalwangi ke airport kurang lebih 30 menit, waktu itu jalanan ngga terlalu macet. Setelah kangen-kangenan di airport (padahal baru seminggu ngga ketemu), kami pun mengantar mereka ke apartemen adiknya Adith di daerah Sunset Road (lupa nama jalannya, tapi masih satu wilayah sama Jl. Nakula). Ternyata apartemennya bisa disewa harian juga seharga IDR 300,000. Lumayan banget ya, udah sama pantry segala.

Cukup lama mampir di apartemennya Ninis, adiknya Adith, kami pun berencana mau mantai di Seminyak dan janjian sama temen Ninis yang lain. Yang lain pada mau berenang di pantai, sisanya nongkrong aja di beach bar.

Kami ngga bakal pernah bosen ke pantai Double Six-Seminyak. Meskipun pasir dan lautnya ngga secantik di Pantai Tegalwangi, we love to enjoy a bottle of beer whilst watching the sunset. Biasanya kami ngetem di Taris karen sudah bosen banget sama La Plancha yang sekarang ramenya ga keruan dan terlalu banyak overdressed tourists. Sebenernya sepanjang pesisir pantai Double Six dan Seminyak berjejer beach bar yang semuanya setipe: ada live music after sunset di hari-hari tertentu, colorful beanbags, payung bali, dan makanannya ya paling finger food. Makanya mau ngetem di mana aja ngga akan jauh beda, yang beda cuma di harga. Enaknya di Taris, ngga ada minimum purchase! But this time kami ngga ke Taris, kami ngetem di B9B.

Newlyweds - Newlyengageds

Spent long hours at B9B and we just remembered we have to pick up our package from Bogor at JNE. Jadilah setelah sunset kami langsung meluncur ke JNE Sanur untuk ambil paket yang segede gaban itu. Isinya 2 carriers dan 2 snorkel gears, no wonder paketnya segede kulkas ukuran sedang hahaha. Selesai urusan di JNE kami pun check in di Zia Hotel. Kok pindah lagi? Soalnya kami sukanya menclak menclok, tiap hari nyobain hotel baru hahaha. Berhubung malam ini mau nongkrong sampai dini hari di Seminyak, jadi kami cari hotel baru di daerah sana.

Sesampainya di kamar, girang banget dikasi rose petals di atas bed-nya. Padahal ngga info that we're on honeymoon, lho. Kamarnya enak, cukup luas dengan dominasi warna lembut. Yang paling bikin jatuh cinta sama kamarnya adalah window bench seat yang bikin mupeng buat dibikin di rumah masa depan. Oya, kalau kamu perokok dan suka merokok di dalam kamar hotel, baiknya cari hotel lain selain Zia. Soalnya ngga boleh merokok di dalam kamar dan kalau ketawan mesti bayar penalti hehehe. We got the room for IDR 410,000/ night (breakfast excluded) through Agoda.

Taunya Jodoh: dionayu honeymoon to Bali
Warm and cozy room

*Percakapan bodoh pengantin baru begitu masuk kamar

Dion: wuiiiiih
Ayu: wuiiiih... padahal aku ngga bilang lho, kita lagi hanimun
Dion: aku baru loh dapet kamar diginiin
Ayu: ya samak, aku juga. Bagus ya!
Dion: Iyaaaa... whoaa.. rose petals everywhere!


*10 menit kemudian

Dion: mm.. what should we do with these petals?
Ayu: mm.. I don't know.. throw them away to the floor?

*Diem-dieman 3 detik

Dion lagi: no... you should sleep with them yuno... *kemudian dia uar-aurin itu mawar ke kepala Ayu dan ke badannya dia sendiri*
Ayu: .......................................


Raden Ayu Nurhasanah, Taunya Jodoh, Honeymoon to Bali
Ayu be like: "aywaan aywaaan dis in our houseeeee"

Dion Tengker, Raden Ayu Nurhasanah, Taunya Jodoh, honeymoon to bali
and yes, they have rooftop jacuzzis
We spent the rest of the night repacking, deliver it to our next hotel in Uluwatu (because we're going out of the main island tomorrow and will be staying in Uluwatu after we get back), have a late dinner at Rumours Seminyak with our friends, and then we party at La Favela. It surely was a great and busy day!

Stay tune for our next honeymoon destination!


No comments :

Post a Comment